Pada posting sebelumnya, mengenai Beternak (untuk) Menuju Hidup Mulia, kita secara ringan disuguhkan mengenai gambaran umum potensi usaha peternakan secara umum (agribisnis peternakan). Satu sektor peternakan ternyata ditopang oleh komponen yang masing-masing masih memiliki potensi bisnis yang sangat luas. Salah satu dari lima komponen tersebut akan kita kupas sedikit demi sedikit pada postingan berikut ini. Komponen yang akan kita kupas yaitu tentang downstream (area hilir/pasca panen).
Berbicara mengenai agribisnis peternakan hilir, kita akan banyak berbicara mengenai pengolahan hasil (utama, ikutan dan limbah) peternakan. Hasil utama agribisnis ternak lebih mudah dicontohkan dengan susu, telur, madu, daging dan bulu (kulit) yang dihasilkan oleh ternak, tentu saja saat membicarakan hasil utama ternak, dalam bisnis, kita tidak mengikutsertakan "hasil jasa" yang bisa dilakukan oleh ternak sebagai hasil utama (misalnya kemampuan membajak sawah atau mengangkut hasil bumi dan lain sebagainya). Bahkan dalam kitab suci juga telah disebutkan bahwa, Tuhan telah menundukkan hewan-hewan bagi manusia, untuk dapat digunakan sebagai tunggangan (kendaraan) dan sebagian lagi menjadi makanan bagi manusia. Bagaimana sebetulnya asal muasal (metode) beternak hewan? Metode beternak hewan (domestikasi hewan), menurut sejarah, mulai dilakukan manusia setelah manusia purba mulai hidup berdiam di suatu tempat (tidak lagi hidup berpindah). Sejak saat itu, hewan ternak dipelihara untuk dapat diambil hasil utamanya.
Selain hasil utama, hewan ternak juga dapat memberikan hasil ikutan, yang juga masih bisa memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Hasil ikutan (by products) dibagi menjadi hasil ikutan yang bisa dimakan (edible) dan tidak bisa dimakan (inedible). Sebagian besar hasil ikutan ternak salah satunya adalah jerohan (offal). Hasil ikutan lainnya adalah kulit, tulang, darah, dan lemak. Beberapa hasil ikutan ternak juga bisa memberikan nilai ekonomis yang sangat tinggi misalnya rennet yang dipakai dalam industri pembuatan keju.
Hasil hewan ternak yang terakhir adalah hasil limbah. Hasil limbah ternak adalah kotoran ternak (faeces) dan juga air hasil pencucian peralatan peternakan, kandang, maupun air cucian proses pengolahan hasil utama/ikutan ternak. Saat ini, bahkan hasil limbah ternak pun masih bisa memberikan manfaat yang luas bagi manusia. Salah satu yang telah dikembangkan adalah pengolahan biogas asal kotoran ternak. Lainnya adalah pengolahan menjadi pupuk kandang atau kompos, yang diolah bersama dengan limbah organik lainnya.
Pengolahan pasca panen hasil peternakan dalam sejarah manusia ternyata lahir dari sebuah hal kebetulan. Alih-alih ingin menghangatkan diri dengan api unggun yang manusia buat, ternyata daging hasil ternak yang diletakkan tidak jauh dari bara api mengeluarkan aroma yang sedap. Inilah kali pertama diduga manusia kemudian melakukan rekayasa pengolahan hasil ternak dalam hal pangan. Pengolahan hasil peternakan yang berupa kulit/bulu ternak, sejak zaman manusia purba pun juga telah dilakukan. Bulu ternak/hewan dipakai oleh manusia zaman dulu sebagai pakaian untuk menghangatkan badan. Saat ini pengolahan pasca panen hasil peternakan (baik utama, ikutan, maupun limbah) sudah sangat jauh berkembang dan lebih rumit. Namun, sebetulnya secara umum pengolahan hasil peternakan terutama ditujukan untuk hal-hal sebagai berikut, yaitu menambah nilai ekonomis, menambah manfaat, mengawetkan, memberi nilai estetis, menambah citarasa, dan lainnya.
Pada posting berikutnya akan kita ulas lebih detil tentang pengolahan hasil peternakan dalam rangka memberi nilai lebih kepada agribisnis hilir peternakan. Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment